BERAU – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau, melalui Dinas Perkebunan (Disbun) Berau mengimbau kepada para petani sawit untuk membentuk kelompok tani atau koperasi agar dapat bekerja sama langsung dengan perusahaan.
Hal itu bertujuan untuk menghindari praktik pengepul liar yang tidak memiliki izin dan tidak terkoordinasi dengan dinas terkait.
Kepala Disbun Berau, Lita Handini mengatakan pihaknya akan memfasilitasi para petani sawit yang telah membentuk kelompok untuk bermitra dengan pihak perusahaan.
“Kami mengimbau agar petani bisa berkelompok, dan kami akan memfasilitasi mereka untuk bermitra dengan perusahaan, bukan lewat pengepul,” ujarnya.
Sebab, menurut Lita, para pengepul sering kali menawarkan harga yang rendah kepada petani, dengan harga sawit di pabrik mencapai Rp3.300 per kilogram (kg), sementara petani hanya menerima sekitar Rp2.000 per kg. Pengepul biasanya berdalih bahwa selisih harga tersebut disebabkan oleh ongkos transportasi yang tinggi.
“Karena biasanya pengepul itu kan mengambil buah petani itu rendah betul. Sekarang harga sawit Rp3.300 di pabrik, paling-paling di petani hanya Rp2.000 per kilo,” jelasnya.
Kendati demikian, Lita mengungkapkan kendala utama dalam mewujudkan kemitraan langsung antara petani dan perusahaan yaitu terkait permodalan serta jarak yang cukup jauh antara lokasi petani dan perusahaan.
“Tetapi kami berharap dengan adanya kelompok tani atau koperasi, petani dapat memperoleh harga yang lebih adil dan mengurangi ketergantungan pada pengepul,” tuturnya.
Selain itu, dirinya juga meminta Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Berau untuk melakukan tera timbangan secara berkala guna memastikan bahwa timbangan yang digunakan petani sudah sesuai standar. Tentunya, dengan memberikan pengawasan terkait cara praktek penimbangan yang benar.
“Jadi timbangan itu sebenarnya bukan kewenangan kami, itu adalah tupoksinya dari Diskoperindag Berau,” pungkasnya.
Pewarta : Sahruddin
Editor : Nicha R
