Home KALTARA Tarakan dan Bedug Sahur: Tradisi yang Terus Bertahan

Tarakan dan Bedug Sahur: Tradisi yang Terus Bertahan

0
Parade Bedug Sahur yang berlangsung di Tarakan. (ADE/MKR)

TARAKAN – Ramadan di Tarakan selalu terasa istimewa dengan hadirnya Parade Bedug Sahur, sebuah tradisi yang terus dijaga dari generasi ke generasi.

Pada Sabtu malam, 15 Maret 2025, Parade Bedug Sahur kembali digelar di Gita Jalatama. Acara ini dilepas langsung oleh Wakil Gubernur (Wagub) Kalimantan Utara (Kaltara), Ingkong Ala, dan Wakil Wali Kota Tarakan, Ibnu Saud Is.

Sebanyak 50 kelompok dari berbagai penjuru Tarakan turut serta, masing-masing terdiri dari 15 orang yang memainkan beduk dengan irama khas, menciptakan suasana Ramadan yang lebih semarak.

Parade ini diinisiasi oleh Gerakan di Bawah Satu Bendera sebagai bentuk pelestarian budaya serta ajang mempererat silaturahmi antarwarga. Masyarakat terlihat antusias menyaksikan kemeriahan parade. Anak-anak bersorak riang, sementara para orang tua mengenang masa kecil mereka yang juga diwarnai tradisi membangunkan sahur dengan beduk.

Wakil Gubernur Kalimantan Utara, Ingkong Ala, mengapresiasi panitia dan peserta yang telah menjaga tradisi ini tetap hidup. Menurutnya, bedug sahur bukan sekadar alat membangunkan warga, tetapi juga simbol budaya yang harus dilestarikan.

“Bedug sahur sudah menjadi bagian dari identitas Ramadan di Tarakan. Ini bukan hanya tradisi, tetapi juga wujud kebersamaan dan kekompakan warga,” ujarnya.

Dia juga menekankan pentingnya menjaga persatuan dan solidaritas di tengah masyarakat. “Kekompakan sangat dibutuhkan agar daerah ini terus berkembang dan maju bersama,” tambahnya.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Tarakan, Ibnu Saud Is, mengajak seluruh warga untuk menjaga keamanan dan ketertiban selama Ramadan. Dia menegaskan bahwa kenyamanan kota merupakan tanggung jawab bersama.

“Mari kita jaga persatuan dan menciptakan suasana Ramadan yang penuh kedamaian,” pesannya.

Ketua Panitia, Halim menyampaikan bahwa parade ini telah menjadi agenda tahunan yang dinanti-nantikan oleh warga Tarakan.

“Kami berharap tradisi ini tetap terjaga. Lebih dari sekadar hiburan, parade ini menjadi sarana mempererat hubungan sosial dan menjaga nilai-nilai budaya,” katanya.

Dengan semangat yang terus menyala, Parade Bedug Sahur di Tarakan menjadi bukti bahwa tradisi lama masih bisa bertahan dan tetap relevan di tengah masyarakat modern. Selama Ramadan, suara beduk yang menggema bukan hanya panggilan sahur, tetapi juga suara kebersamaan yang mengikat erat warga Tarakan dalam harmoni Ramadan. (apc/and)

Reporter: Ade Prasetia
Editor: Andhika

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version