TARAKAN – Siswa SD bernama Muhammad Irwan di Kota Tarakan, Kalimantan Utara meninggal dunia usai diduga menjadi korban perundungan atau bullying dari teman sekelasnya. Korban meninggal pada Selasa (5/11/2024) subuh, di Rumah Sakit (RS) usai mengalami koma sejak 16 Oktober 2024.
Ibu dari Muhammad Irwan, Susilowati pun menjelaskan kronologi perundungan terhadap anaknya tersebut.
Kasus ini terungkap ketika korban mengadu bahwa ia telah dipukul oleh teman sekelasnya. Pemukulan itu terjadi pada 21 Agustus 2024 lalu, tepat dibagian mata dipicu karena berebut kursi.
“Pukulnya itu pakai tangan,” ucapnya ditemui di kediamannya yang berada di RT 15 Kelurahan Karang Anyar, Selasa (5/11/2024).
Usai kejadian pemukulan, korban mengalami pembengkakan cairan di area mata dan kepala. Saat itu, korban tak kunjung sembuh sehingga dibawa ke rumah sakit. Kondisi korban sempat membaik setelah dilakukan operasi, namun kembali memburuk hingga kembali dilarikan ke rumah sakit.
Selama menjalani perawatan, keluarga sempat melakukan mediasi dengan pihak sekolah dan pelaku pemukulan. Keluarga juga sempat dibantu biaya pengobatan oleh sekolah dan pelaku, namun ia menilai bantuan tersebut tidak cukup. Terlebih saat itu, ia meminta bantuan uang sebesar Rp 20 juta untuk biaya pengobatan di Surabaya, namun tak kunjung dipenuhi oleh keluarga pelaku pemukulan.
Ia juga menyayangkan pihak sekolah yang menilai bahwa anaknya meninggal karena ada penyakit bawaan. “Memang ada Kista bilang dokter Rahma tapi lama tunggu dewasa baru dia. Kistanya itu lama tunggu dewasa atau berumah tangga baru dia kumat. Kalau ini dari mata loh naik ke atas cairannya,” paparnya.
Susilowati menambahkan, anaknya yang meninggal dunia berumur 8 tahun dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Diakuinya, kejadian ini membuatnya sedih dan terpukul. Terlebih, ia masih mengenang permintaan terakhir anaknya yang saat itu meminta dibuatkan sup oleh ibunya.
“Kita ini carikan anak ilmu tapi di luar sana ada singa yang nerkam anak kita. Jangan sampai lah sekolah lain menjadi kayak gini jadikan pelajaran lah,” ujarnya.
Penulis: Ade Prasetia
Editor: Yusva Alam