TANJUNG SELOR – Gelaran Tebu Kayan yang diinisiasi oleh pemerintah Kabupaten Bulungan, terus diisi dengan beragam kegiatan.
Termasuk keikutsertaan satuan Pendidikan di Kabupaten Bulungan untuk memeriahkan pelaksanaan Tebu Kayan. Pada Minggu (3/11/2024) pagi, rangkaian tari-tarian dan kesenian di isi oleh SMPN 3 Tanjung Selor.
Sekitar 70 orang peserta didik yang diikutsertakan dalam tampilan kesenian tersebut dan juga didampingi oleh sejumlah tenaga pengajar.
Guru Sekolah SMPN 3 Tanjung Selor, Jamaluddin menyampaikan hal ini merupakan bentuk kebersamaan dan kreativitas anak-anak SMPN 3 Tanjung Selor.
Tarian yang ditampilkan juga binaan dari sanggar seni yang ada di Bulungan. Sedangkan, untuk sanggar seni lukis itu dibawa naungannya sendiri.
“Kalau seni melukis itu dibawa naungan saya sendiri,” ucap Jamaluddin kepada media ini, Minggu (3/11/2024).
Soal tampilan seni, juga turut diajarkan kepada siswa-siswi SMPN 3 bahkan kepada peserta umum yang memiliki skil. Hal itu, dilakukan sebagai bentuk regenerasi bakat dan kemampuan juga sekaligus menjadi wadah bagi mereka untuk mengasah kemampuan.
Sajian tarian kesenian yang ditampilkan oleh SMPN 3 Tanjung Selor, cukup memukau. Meski cuaca mendung disertai hujan rintik, semangat para siswa tidak menyulut dibuktikan dengan 5 tarian yang ditampilkan tuntas.
Tiap tarian yang disajikan memiliki makna tersendiri. Berikut daftar tarian yang ditampilkan, pertama tari kreasi pumung, tarian ini bermakna semua hal akan terasa mudah dan mendapatkan hasil yang maksimal jika dilakukan dengan prinsip kebersamaan.
Dari sinilah kemudian, lahir tarian yang melambangkan kebersamaan 5 penari cantik dan anggun lewat gerak nan elok, lincah dan di padukan dengan budaya daerah kalimntan utara melahirkan tarian kontemporer.
Kemudian tari kreasi saung nugal yang merupakan aktivitas menanam beni padi di ladang atau huma dengan menggunakan alat sederhana. Yang dinamakan tugal, yakni tongkat kayu runcing yang digunakan untuk melobang tanah.
Selanjutnya, tari jejok yang merupakan tarian jepen khas Bulungan. Selanjutnya Tarian Punan Leto, atau tarian memperebutkan wanita.
Kedua lelaki memegang mandau sambil sesekali mengeluarkan suara pekikan. Mereka dikisahkan memperebutkan gadis cantik yang menari. Perkelahian dipicu karena semua lelaki ingin memilikinya, sebab pesonanya.
Hingga akhirnya, satu di antara dua lelaki itu terjatuh dan dianggap kalah dalam pertarungan tersebut. Akhirnya, wanita yang menari tersebut berhasil dipinang oleh lelaki yang menang.
Terakhir, tarian ja’i khas suku Ngada NTT, yang melambangkan rasa syukur dan kegembiraan. (tin/and)
Reporter: Martinus
Editor: Andhika