Home KALTARA Polemik Peredaran Gas Melon Masih Tuai Kontroversi

Polemik Peredaran Gas Melon Masih Tuai Kontroversi

0
Penjualan gas melon tingkat pengecer marak terjadi. (MARTINUS/MKR)

TANJUNG SELOR – Peredaran gas melon di Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan masih menuai pro dan kontra. Peredaran yang tepat sasaran serta sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET), masih jauh dari harapan masyarakat.

Selayaknya masyarakat mesti membeli gas melon tiga kilogram tersebut di pangkalan. Setelah distribusi dari agen, akan tetapi realita di lapangan berbanding terbalik. Kebanyakan terlihat di lapangan setelah dari pangkalan di distribusi lagi kepada para pengecer, dan disini kemudian terjadinya permainan harga.

Gas melon subsidi tersebut yang seharusnya di peruntukan bagi masyarakat dengan kelas ekonomi menengah ke bawa malah dilsalah fungsikan untuk mendapatkan keuntuntungan sepihak oleh oknum tertentu.

Sehingga harapan untuk menikmati harga subsidi tersebut sulit direalisaaikan seutuhnya. Bahkan, HET di Tanjung Selor sendiri yang ditetapkan oleh pemerintah kurang lebih mencapai Rp 27 ribu per tabung.

Akan tetapi, kebanyakan di lapangan gas melon tersebut terjual diatas itu,rerata mencapai Rp 35 ribu bahkan lebih. Pemerintah daerah, sebetulnya getol dalam mensosialisasikan soal larangan jual gas melon kepada pengecer,akan tetapi hasilnya setali tiga uang, fakta di lapangan penjual gas melon oleh pengecer masih berjibun.

Mereka bahkan dengan terang-terangan menjual gas melon dengan harga diatas HET tersebut. Anggota komisi II DPRD Bulungan, Imam Bukori saat dikonfirmasi menyampaikan fungsi pengawasan dari pemerintah harus berjalan.

Meskipun secara data diatas keretas antara kebutuhan dan ketersediaan barang itu sesuai, akan tetapi realita di lapangan tidak sesuai.

“Hal ini sebetulnya harus dikaji dengan maksimal. Tujuanya untuk mencari titik temunya,” kata Imam, Rabu (29/1/2025).

DPRD Bulungan menegaskan mestinya tidak terjadi permainan harga dalam hal ini. Akan tetapi,jika melihat kebutuhan masyarakat hal ini tentu menjadi dilema. “Mestinya hal ini tidak dibiarkan terus menerus terjadi,karena ketika dibiarkan kasian masyarakat kecil yang memang benar-benar membutuhkan,” tutupnya. (tin/and)

Reporter: Martinus
Editor: Andhika

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version