Home SANGGAM SEPUTAR BERAU Penyakit Mpox Belum Terdeteksi di Kaltim, Dinkes Berau: Masyarakat Harus Tetap Waspada

Penyakit Mpox Belum Terdeteksi di Kaltim, Dinkes Berau: Masyarakat Harus Tetap Waspada

0
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Berau, Lamlay Sarie.

TANJUNG REDEB – Penyebaran penyakit Cacar Monyet atau Monkey Pox (Mpox) di Indonesia menggegerkan seluruh masyarakat indonesia saat ini. Termasuk di Kabupaten Berau.

Namun, Dinas Kesehatan Berau memastikan penyebaran penyakit tersebut belum ada di Kabupaten Berau. Hal itu di ungkapkan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Berau, Lamlay Sarie.

Dirinya memastikan bahwa keberadaan Mpox di Berau, bahkan di Kaltim hingga saat ini masih belum terdeteksi. “Penyakit cacar monyet ini di Berau dan Kaltim ini belum ada,” ucapnya.

Dirinya mengungkapkan pihaknya telah meneruskan Surat Edaran (SE) dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI untuk peningkatan kewaspadaan tenaga medis terhadap kasus tersebut sebagai langkah preventif. “Sudah ada SE Kemenkes ke Puskesmas, tentang bagaimana penanganannya,” bebernya.

Menurutnya, penyakit tersebut tidak boleh di anggap remeh. Sehingga, pihaknya tetap mendorong masyarakat untuk waspada terhadap penyebarannya.

Pasalnya, potensi penularan itu masih ada, sehingga pihaknya melalui jajaran Puskesmas melakukan peningkatan pengawasan. “Tidak asal main duga-duga, perlu identifikasi dan pemeriksaan menyeluruh,” tuturnya.

Lamlay mengungkapkan, sepanjang tahun 2022 hingga 2024 ini, kasus Mpox atau Cacar Monyet ditemukan di Pulau Jawa dan sebagian Pulau Sumatera.

Datanya, 87 dari 88 kasus Mpox ada di Pulau Jawa yang tersebar di Jakarta, Banten, Jawa Barat, Yogyakarta dan Jawa Timur. “Memang kalau Kalimantan itu belum ada, dan kita harap jangan sampai ada,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, pada dasarnya, Cacar Monyet hampir serupa dengan Cacar Air. Akan tetapi, Cacar Monyet punya potensi menyebabkan meninggal dunia, sedangkan Cacar Air tidak. “Pencegahan dan pengendalian itu arahannya adalah Surveilans, Terapeutik dan Vaksinasi,” jelasnya.

Mpox sendiri dapat diperkirakan dengan gejala yang muncul, seperti terjadinya demam diatas 39 derajat celcius setelah itu muncul ruam 1 hingga 3 hari. “Perkembangan ruam sendiri lambat bisa mencapai 3 minggu,” imbuhnya.

Kemunculan ruam pada penderita Mpox banyak muncul di area wajah, telapak tangan dan kaki. Sedangkan jika cacar air, kemunculan lebih banyak di badan, dan tidak di telapak tangan dan kaki. “Angka kematian penderita Mpox sendiri 3-6 persen, sedangkan pada cacar air itu jarang,” terangnya.

Dirinya pun mendorong penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat untuk ditingkatkan. Agar upaya itu memberikan perlindungan dan terhindar dari penyebaran semakin tinggi. “Jadi selain PHBS, perhatikan kebersihan, cuci tangan dengan baik dan benar,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Berau, Garna Sudarsono, menambahkan, keberadaan Mpox di Kalimantan bahkan di Berau dipastikan tidak ada.

Dirinya menjelaskan, utamanya cacar monyet menular lewat kontak langsung dengan orang yang terjangkit virus cacar monyet.

“Misalnya bersalaman, tidur bersama, hingga bersentuhan dengan benda-benda yang terkontaminasi virus. Benda yang terkontaminasi biasanya seperti handuk dan selimut,” jelasnya.

Cacar monyet tidak terlalu berat sakitnya, sehingga masyarakat diminta tetap tenang. Namun, jika menemukan gejala-gejalanya, masyarakat diminta untuk segera memeriksakan diri ke puskesmas terdekat.

“Adapun gejalanya, yaitu demam diatas 39 derajat celcius, setelah itu muncul ruam selama 1 hingga 3 hari. Perkembangan ruam sendiri lambat bisa mencapai 3 minggu,” ungkapnya.

Kemunculan ruam sendiri, pada penderita Mpox banyak muncul di area wajah, telapak tangan dan kaki. “Pencegahan dan pengendalian itu arahannya adalah Surveilans, Terapeutik dan Vaksinasi,” jelasnya.

Namun, penyebaran penyakit ini tidak bisa diabaikan. Pihaknya juga tetap mendorong masyarakat waspada terhadap penyebarannya.

Sebab, potensi penularan itu masih ada, sehingga pihaknya melalui jajaran puskesmas melakukan peningkatan pengawasan. “Jangan langsung menyimpulkan. Perlu adanya identifikasi untuk penyakit Mpox karena harus dikirim untuk tesnya,” tandasnya.

Pewarta : Muhammad Aril
Editor : Nicha R

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version