Home SANGGAM SEPUTAR BERAU Ekspor Hasil Tambak Berau Terkendala Sertifikasi, Tambak Secure Jadi Solusi

Ekspor Hasil Tambak Berau Terkendala Sertifikasi, Tambak Secure Jadi Solusi

0
Pemerintah Daerah saat mengunjungi Tambak Secure yang berada di Kampung Pegat Batumbuk, Kecamatan Pulau Derawan beberapa waktu lalu.

BERAU – Upaya ekspor hasil tambak dari Berau masih menghadapi kendala. Masih banyak tambak di Berau yang belum memenuhi syarat sertifikasi layak ekspor. Hal ini diungkapkan Sekretaris Dinas Perikanan (Diskan) Berau, Yunda Zuliarsih.

Dikatakannya, untuk mendapatkan sertifikasi layak ekspor setiap tambak harus memiliki luas tidak lebih dari dua hektare, menggunakan pupuk dan obat-obatan yang ramah lingkungan serta memiliki usia yang telah ditentukan.

“Jika persyaratan tersebut terpenuhi, maka sertifikat layak ekspor bisa didapatkan, sehingga hasil tambak kita bisa diterima di pasar nasional,” ujarnya.

Saat ini, kata Yunda, Berau memiliki program Tambak Secure yang saat ini dilaksanakan di Kampung Pegat Batumbuk, Tabalar Muara, dan Suaran. Di mana, program ini fokus pada budidaya udang windu dengan sistem silvofishery, yakni menggabungkan tambak dengan ekosistem mangrove.

“Artinya dia digandeng oleh mangrove, 80 persen mangrove 20 persen tambak, jadi dia langsung mendapatkan nutrisi makanan dari mangrove,” jelasnya.

“Hasil dari metode ini yaitu setiap dua atau tiga bulan panen hasilnya dua kali lebih banyak daripada yang biasa,” sambungnya.

Dikatakan Yunda, Program Tambak Secure ini merupakan hasil kerja sama antara pemerintah daerah dengan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN). “Sebab pemerintah tidak dapat menjalankan program ini sendirian karena keterbatasan anggaran, sarana, dan sumber daya manusia (SDM)-nya,” ucapnya.

Kemudian, ia juga menyebutkan tambak High-Density Polyethylene (HDPE), di mana, tambak HDPE lebih menekankan pada ekosistem atau habitat yang ramah lingkungan, dan tidak berada di kawasan hutan atau konservasi. “Nah kalau memang itu semua bisa terpenuhi baru kita bisa ekpor dan diterima di pasar nasional,” tuturnya.

Selain itu, pihaknya juga mengharapkan komoditi lain, seperti lobster. Namun yang menjadi tantangan saat ini adalah keterbatasan sumber benih. “Lobster itu kan tidak bisa dibudidayakan atau dipelihara sendiri, dia harus ditangkap dari alam dan dibesarkan di dalam keramba,” bebernya.

Saat ini, lobster banyak ditemukan di Pulau Balikukup dan Derawan, namun kuota tangkapnya belum mencukupi kebutuhan ekspor. “Jadi yang saat ini bisa hanya kerapu, namun untuk yang berpotensi selanjutnya yaitu udang windu dan lobster,” pungkasnya. (srn/dez)

Reporter: Sahruddin
Editor: Dezwan

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version