TELUK BAYUR – Raut wajah Neneng dan Acil Tuyung masih datar. Matanya terpaku melihat ‘lapangan’ arang hitam tepat di belakang rumahnya. Padahal sehari sebelumnya, puluhan rumah itu masih berdiri kokoh, sampai akhirnya amukan “Si Jago Merah” menyapu 27 rumah warga di Sungai Kuyang, Teluk Bayur, Selasa (30/7/2024).
Kawasan Sungai Kuyang dikenal sebagai kawasan tambangan karena mayoritas penduduk bekerja sebagai nelayan.
Dari pantauan wartawan Media Kaltim pada Rabu (31/7/2024) pagi, terlihat aktivitas para korban masih memantau dan melihat kondisi rumah mereka yang sudah hangus terbakar.
Ada 27 rumah yang hangus terbakar dan 1 rumah yang masih bisa diselamatkan, hanya terbakar sekitar 40 persen. Dengan mayoritas bangunan rumah berbahan dasar kayu, api pun dengan mudahnya membesar dan merambat ke sekitar rumah di lokasi tersebut.
Neneng (50) salah satu korban terdampak kebakaran menyebut, pada pukul 21.30 Wita, dirinya masih menyantap makan malam yang telah dibuatnya. Setelah itu, ketika masuk kedalam kamar terdengar suara keributan didepan rumah. Dirinya mengira ada perkelahian, setelah dicek ternyata si jago merah telah mengamuk dibelakang rumahnya.
“Melihat api yang membesar dibelakang rumah, saya panik mas tidak ada terlintas menyelamatkan harta benda. Hanya menyelamatkan diri, keluarga dan berkas penting,” ungkapnya.
Matanya langsung gelap melihat kobaran api yang meliuk-liuk di belakang rumahnya. Dengan jalan rumah yang sempit, ia hanya bisa menyelamatkan kendaraan roda dua yang kesehariannya dipakai untuk bekerja.
Tak hanya itu, api yang bergejolak besar hanya berjarak dua meter dari rumahnya. Sehingga, dibantu dengan kerabat keluarga dapur terpaksa di bongkar untuk mengantisipasi api tidak merembet kerumahnya. “Ya Allah mas, saya sudah tidak bisa melakukan apa apa lagi. Bahkan keponakan saya yang membongkar dapur hampir terbakar,” ucapnya.
Dirinya bersyukur nyawa dan rumahnya masih bisa diselamatkan walaupun beberapa barang rusak bahkan hilang akibat upaya menyelamatkan rumah. “Jika rumah saya terbakar pasti akan tersambung kerumah yang lain. Karena sangat berhimpitan dengan rumah lainnya. Bahkan bisa sampai ke alun-alun,” syukurnya.
Diutarakannya, karena mayoritas masyarakat yang tinggal di kawasan Sungai Kuyang memiliki perahu sebagai kendaraan untuk mencari nafkah. Di masing-masing rumah memiliki bahan bakar kapal sehingga api mudah membesar.”Apalagi angin kencang pada malam itu membuat api tidak dapat dibendung,” tandasnya.
Di sisi lain, rasa syukur yang diutarakan oleh korban lainnya yakni Acil Tuyung (63) karena dirinya masih bisa selamat dari kobaran api yang melahap rumahnya. “Bahkan mas, Api sudah melahap dapur dan hampir mengenai wajah saya,” ucap perempuan lanjut usia tersebut.
Saat kejadian, Acil Tuyung masih di dalam kamar kecil untuk membuang hajat. Setelah selesai dirinya pun kaget melihat api yang perlahan merambat ke dalam rumahnya.
Saking paniknya, Acil Tuyung tidak menghiraukan untuk menyelamatkan harta benda yang ada didalam rumahnya. Dalam pikirannya hanya keselamatan kedua cucu kesayangannya yang masih berumur belia.
Acil Tuyung dengan perasaan gelisah mencari kedua cucu kesayangannya namun tidak terlihat kesemua sudut rumahnya. Sehingga, ada informasi dari masyarakat kedua cucunya telah dibawa dan diungsikan ke Polsek Teluk Bayur. “Saya tinggal bersama suami, anak dan kedua cucu. Bahkan anak saya dalam keadaan bekerja kembali kerumah setelah mendapatkan informasi bahwa rumah telah terbakar,” tuturnya.
Saat hiruk pikuk kepanikan dari seluruh masyarakat sekitar yang berusaha memadamkan kobaran api. Dirinya melihat motor dan mesin cucinya dibawa keluar untuk diamankan.
Naasnya, Sudah jatuh tertimpa tangga, kedua barang tersebut raib entah ke mana. Setelah kobaran api berhasil dijinakkan Acil Tuyung tidak menemukan kedua barang tersebut. “Sudah saya cari di seluruh sekitar area kebakaran mas. Namun tidak menemukan motor dan mesin cuci saya,” ungkapnya dengan raut wajah kecewa.
Kini uluran tangan dari berbagai pihak, baik pemerintah, perusahaan maupun donatur lainnya yang diharapkannya dapat meringankan beban para korban.
Pewarta : Muhammad Aril
Editor : Nicha R