BERAU – Menjawab keluhan konsumen mengenai mutu beras lokal, Perum Bulog Kabupaten Berau kini mengarahkan fokusnya pada peningkatan kualitas beras sebagai strategi utama untuk membangun kembali kepercayaan pasar.
Kepala Bulog Berau, Lucky Ali Akbar, menegaskan bahwa perbaikan mutu, baik dari segi tampilan maupun daya tahan, menjadi prioritas utama dalam menjawab tantangan kompetisi dengan beras dari luar daerah.
“Saat ini, bukan soal ketersediaan lagi, tapi kualitas. Kalau ingin beras lokal diterima konsumen, kita harus benahi dari hulu ke hilir,” ungkapnya.
Salah satu langkah nyata yang mulai menunjukkan hasil adalah penerapan bibit unggul oleh sebagian petani di Berau. Menurutnya, langkah ini telah menurunkan tingkat butir patah dari sebelumnya 30–40 persen menjadi sekitar 20 persen. Tak hanya itu, secara tampilan visual, beras hasil panen kini terlihat lebih bersih dan menarik.
Namun demikian, Lucky mengakui bahwa penggunaan bibit unggul belum diadopsi secara merata di seluruh wilayah. Ia menekankan pentingnya konsistensi agar mutu beras bisa dipertahankan secara berkelanjutan.
“Kalau kualitasnya bisa konsisten, harga bisa kita dorong naik dan konsumen juga lebih percaya,” tambahnya.
Tak berhenti di sisi budidaya, perbaikan mutu juga menyasar proses pasca panen yang dinilai masih menjadi titik lemah. Lucky menyoroti masih digunakannya metode penggilingan sederhana yang menyebabkan tingginya tingkat patah beras dan menurunkan kualitas akhir produk.
Untuk itu, Bulog mendorong penggunaan teknologi pasca panen seperti mesin pengering, penyosoh, dan penggiling modern. Mekanisasi ini dinilai akan mempercepat proses dan meningkatkan hasil akhir tanpa mengorbankan kualitas.
“Kalau beras kita ingin bersaing, ya harus berani naik kelas dari segi teknologi,” ujarnya.
Menurut Lucky, peningkatan kualitas tidak hanya berdampak pada nilai jual, tetapi juga memberi peluang ekspansi pasar lebih luas—baik regional maupun nasional. Ia pun berharap petani dan pelaku usaha tani di Berau dapat mulai meniru praktik pertanian modern dari daerah lain, seperti Sulawesi Selatan dan Jawa, yang telah berhasil membangun ekosistem pertanian berbasis kualitas.
“Ke depan, target kita bukan hanya beras banyak, tapi beras bagus. Kualitas yang menjual,” pungkasnya. (ril/dez)
Reporter: Aril Syahrulsyah
Editor: Dezwan