Pasalnya, beberapa kali sudah terjadi kasus pembajakan atlet dan hal tersebut jangan sampai terus terjadi.
Arman yang juga menjadi pengurus salah satu cabor mengaku prihatin dengan kondisi ini. Atensi terhadap atlet yang cukup rendah memicu kepindahan atlet atau pembajakan atlet oleh daerah lain.
“Atlet berau banyak yang berprestasi, kita ambil contoh saja yang baru-baru ini membawa emas dan perak untuk Kaltim pada Pon Aceh-Sumut. Pantas jika kita berikan perhargaan yang pantas untuk mereka, apalagi pernah membawa emas pada Sea Games,” ungkapnya.
Saat ini Berlian kadang masih harus berjuang meminta toleransi untuk melengkapi berkas administrasi dan izin dinas tempatnya dititipkan sebagai P3K. Pasalnya dalam upaya berlaga terakhir di PON, baik mulai dari pelatihan, Pelatda hingga tanding di PON ia sempat kesulitan.
“Bahkan sempat hampir disuruh pulang karena terlambat masuk Pelatda,” sambung Arman.
Arman berharap ada perhatian berupa dukungan kepada atlet-atlet Berau yang akan bertanding membawa nama Berau maupun Kaltim, apalagi membawa nama Indonesia seperti di ajang Sea Games.
Dukungan dimaksud, bukan sekedar menampung pada OPD, tetapi juga dukungan lain seperti bonus, uang saku, pembiayaan kesehatan seperti suplai vitamin dan lainnya.
Sebab saat ini sudah umum terjadi saling bajak atlet berprestasi dari daerah lain. Hal ini yang menurut Arman harus diantisipasi.
Berau sudah pernah kehilangan atlet asal Berau yang berprestasi seperti Eka Sahara yang kemudian pindah ke Kutai Timur.
Karena tidak memiliki peluang karir jelas akhirnya dibajak daerah lain karena dijadikan pegawai negeri di daerah tersebut. Hal itu lumrah dan biasa terjadi.
“Jika minim perhatian tidak menutup kemungkinan akan ada atlet-atlet Berau berprestasi lainnya yang pindah domisili karena merasa tidak mendapatkan kesempatan di daerah asal,” lanjutnya. (adv/set)