spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Tenaga Honorer SMA Tetap Diperlukan Meski Larangan Pengangkatan Berlaku

BERAU – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) cabang Dinas Pendidikan Wilayah VI mencatat terdapat 197 tenaga honorer yang aktif di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Meskipun terdapat larangan pengangkatan tenaga honorer baru sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2023 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN), tenaga honorer yang ada tetap bekerja seperti biasa.

Koordinator Pengawas SMA-SMK, Arpinda, memastikan bahwa seluruh kelas di tingkat SMA tidak mengalami kekosongan tenaga pengajar.

“Di tingkat SMA semuanya berjalan seperti biasa. Kami tetap membutuhkan guru honorer karena mereka masih sangat diperlukan di sekolah-sekolah,” ujarnya, Kamis (16/1/2025).

Meskipun kebutuhan tenaga pendidik dan kependidikan di SMA maupun SMK masih tinggi, pihaknya tetap mematuhi larangan pengangkatan tenaga honorer baru. Ia juga mengimbau kepada seluruh kepala SMA dan SMK di Kabupaten Berau untuk tidak merekrut tenaga honorer baru.

Di Wilayah VI Kalimantan Timur, terdapat 15 SMA negeri, 5 SMA swasta, 8 SMK negeri, dan 6 SMK swasta. Seluruh sekolah ini masih membutuhkan tenaga pendidik yang memadai.

Berdasarkan data tahun 2023, jumlah tenaga honorer di tingkat SMA mencapai 197 orang, sementara jumlah ASN sebanyak 534 orang. Namun, jumlah ini belum diperbarui dengan mereka yang telah lulus seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) pada tahun 2024.

“Pendataan terbaru mengenai jumlah tenaga honorer di Berau memang belum dilakukan. Tapi kami tetap mendorong tenaga honorer yang ada untuk mengikuti seleksi PPPK atau CPNS jika ada kesempatan,” jelas Arpinda.

Terkait kekosongan akibat pensiunnya tenaga pengajar, Arpinda menyebut bahwa sekolah dapat memanfaatkan guru serumpun untuk mengisi kekosongan jam pelajaran sambil menunggu penempatan tenaga baru atau mutasi guru.

“Misalnya, jika guru bahasa Indonesia pensiun, guru serumpun dapat membantu mengisi jam pelajaran yang kosong. Tidak perlu menunggu guru baru. Pembelajaran harus tetap berlangsung,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa jumlah guru yang pensiun tidak terlalu banyak. Bahkan, dalam satu sekolah belum tentu ada guru yang pensiun setiap tahunnya.

“Bersyukur, jumlah guru yang pensiun masih sedikit, sehingga proses pembelajaran tetap bisa berjalan dengan baik,” pungkasnya.

Pewarta: Sahruddin
Editor: Agus S.

BERITA POPULER