spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Telusuri Prostitusi via MiChat di Berau,  Pasang Tarif Rp 500 Ribu, Banyak Akun Pria Nyamar Wanita untuk Kencan

TANJUNG REDEB – Praktik prostitusi online menggunakan Sosial Media (Sosmed) sangat populer digunakan para Pekerja Seks Komersial (PSK) saat ini. Tak hanya di kota besar, kegiatan haram itu sudah mewabah ke daerah seperti di Kabupaten Berau. Bahkan beberapa waktu lalu, Polres Berau berhasil membongkar praktik porstitusi online via MiChat yang melibatkan anak dibawah umur.

Untuk mengetahui lebih dalam persoalan itu, Mediakaltim.com melakukan investigasi dengan terlebih dahulu mengunduh aplikasi bernama MiChat. Tim melengkapi data pribadi secara samaran. Selanjutnya, menggunakan fitur pengguna sekitar untuk mencari keberadaan PSK.

Ketika mengaktifkan fitur tersebut, sontak saja dalam waktu singkat profil para pengguna langsung terpapar rapi. Mulai yang lokasinya paling dekat hingga posisi terjauh.

Dari hasil penelusuran, setidaknya ada 15 akun yang terdeteksi secara terang-terangan menawarkan jasa berhubungan badan. Dimulai jarak terdekat 350 meter hingga terjauh lima kilometer ketika mengakses aplikasi berwarna hijau tersebut.

Para kupu-kupu malam mengaku menyiapkan indekos dan ada juga yang bersedia di hotel. Untuk tarif yang ditawarkan untuk sekali kencan pun beragam, mulai dari Rp 400 ribu hingga Rp 1,5 juta.

Tim berhasil mewawancarai Andini (bukan nama sebenarnya), salah seorang pekerja seks online yang menawarkan diri melalui MiChat dengan jarak 500 meter dari lokasi akses. Perempuan dengan foto profil sedikit terbuka itu mematok tarif sebesar Rp 500 ribu untuk sekali main.

Dikarenakan harga yang ditawarkan terlalu mahal, tim mencoba melakukan sedikit negosiasi. Ia pun tak bersedia menurunkan harga, lantaran biaya hidupnya yang mahal. “Ada harga ada kualitas kak, kebutuhan saya sehari-hari sampai Rp 800 ribu,” katanya membalas chat.

Saat itu, tim memutuskan untuk tidak menemui Andini, melainkan berkomunikasi intens via MiChat dengan iming-iming bayaran lebih.

Bercerita lebih jauh, gadis asal Kota Bandung itu secara jelas menceritakan rerata pendapatannya ketika berprofesi sebagai pemuas nafsu sesaat itu.“Pendapatan ini bisa beda kak, soalnya ada beberapa harga yang berbeda ditawarkan. Seperti Short Time (ST) dan Long Time (LT),” ucapnya.

Ia mengaku setiap harinya mendapat minimal satu pelanggan. Namun terkadang juga tidak ada pria hidung belang yang datang. Tetapi, ketika dirata-rata perbulan, order yang diterima perempuan berusia 24 tahun itu mencapai 1-3 orang per hari dalam satu bulan kerja. “Kalau lagi rame banget itu bisa sampai empat tamu. Tapi kalau kosong ya benar-benar tidak ada,” bebernya membalas chat.

Selain itu, dirinya juga menawarkan jasa Video Call Sex (VCS) yang lebih murah jika para pengguna tak ingin langsung melakukan hubungan badan. “Kalau mereka (pelanggan, Red.) uangnya tidak cukup, biasanya order VCS,” terangnya.

Ia menambahkan, jika dihitung rata-rata angka minimal order per hari dan dikalikan satu bulan maka belasan juta rupiah sudah pasti mengalir ke kantong pribadinya. Andini juga tak menampik dalam per bulan pendapatannya pernah mencapai Rp 20 juta.

“Itu cukup buat memenuhi kebutuhan saya tampil hedon. Tentu untuk kepuasan saya sendiri. Tapi namanya PSK, kalau rame ya uangnya banyak, begitu juga sebaliknya,” ujarnya.

Ditanya mengenai para pria hidung belang yang datang untuk memakai jasanya, dipaparkannya terdiri dari seluruh kalangan. Baik itu remaja, pelajar atau mahasiswa, hingga orang dewasa alias om-om. “Permintaan mereka macam-macam. Kalau masih normal saya ikutin, tetapi kalau sudah aneh saya tidak mau,” imbuhnya.

Disinggung alasan terjerumus prostitusi online, gadis manis itu mengaku karena faktor ekonomi. Terlebih dirinya enggan hidup secara sederhana. Sebab itulah, dirinya melakoni profesi haram tersebut. “Mau beli mobil dan iPhone secara mandiri. Cewek sekarang kalau kalah tampilan maka tidak ada pria yang mau,” ungkapnya.

Ketika tim menanyakan soal hukum, dirinya mengaku sering merasa khawatir ketika ada aparat yang datang. “Saat ini dijalani saja, mungkin nanti ada waktunya saya berhenti dari profesi ini,” ucapnya.

Andini juga membeberkan bahwa dalam aplikasi MiChat itu tidak semuanya berjenis kelamin perempuan. Melainkan ada pria yang mengaku sebagai PSK dan waria yang menawarkan jasa sama seperti dirinya. “Pernah ada pelanggan yang cerita, sudah bayar ketika saat ketemu bukan cewek, tetapi cowok. Terkadang ini yang buat kami sepi. Saya juga tidak habis fikir kenapa ada penipu seperti itu,” tandasnya. (dez)

BERITA POPULER