BERAU – Lewat video yang beredar luas di media sosial, Bupati Berau Sri Juniarsih akhirnya resmi mengumumkan pernikahannya dengan Kombes Pol Edy Suswanto yang dilaksanakan di Yogyakarta, Sabtu (12/3/2022).
Sri Juniarsih merupakan istri dari Muharram yang juga mantan Bupati Berau. Sri Juniarsih ditinggal Muharram meninggal dunia yang menderita Covid-19 saat baru mulai pertarungan di Pilkada Berau 2019.
Saat itu, partai politik (parpol) pengusung memutuskan Sri Juniarsih menggantikan Muharram untuk berpasangan dengan Gamalis, Wakil Bupati Berau, di pertarungan Pilkada Berau 2019. Kedua pasangan ini akhirnya memenangkan Pilkada dan dilantik sebagai Bupati-Wakil Bupati Berau periode 2019-2024.
Dalam video tersebut, Sri Juniarsih memperkenalkan suaminya yang baru dinikahinya. “Hari ini alhamdulillah, Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang telah memberikan saya seorang pendamping dan insyaAllah dapat meringankan beban saya. Saya bisa melepas bebas sebagai kepala rumah tangga. Karena sekarang saya memiliki seorang imam yang akan mejalankan peran tersebut, sehingga insyaAllah, saya bisa fokus sebagai ibu rumah tangga dan kepala daerah Kabupaten Berau,” ungkap Sri Juniarsih yang mengenakan pakaian bernuansa putih dan suaminya dibalut setelan jas.
Bupati menjelaskan bahwa ia pernah ditakdirkan untuk melewati perjalanan hidup yang sangat dramatis, lantaran ditinggal Muharram. Dan takdir itu merupakan bagian dari sebuah penggalan sejarah yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Terlebih, harus melanjutkan perjuangan politik suaminya yang membawanya sebagai Bupati Barau. “Jujur saya akui, bahwa amanah tersebut merupakan beban berat yang harus saya pikul dengan sangat susah payah, seorang ibu rumah tangga yang tiba-tiba harus menjadi ibu bagi seluruh warga Berau,” beber Sri Juniarsih.
“Saya meyakini bahwa ini sebuah takdir yang bisa saya jalani. Untuk itu, mohon doa restu dari masyarakat Berau atas pilihan yang saya jalani. InsyaAllah, suami akan menemani saya menjalani perjuangan saya ke depan,” sambungnya.
Dalam kesempatan ini, Ia pun menyampaikan alasan kenapa tidak menggelar acara pernikahan di Berau. “Mengapa acara pernikahan harus dilakukan di jauh dari Bumi Batiwakkal. Apakah berkurang kecintaan saya terhadap Berau? Sebagai putri Berau, saya seelalu mencintai Berau dan masyarakatnya. Di gelar di sini justru karena kecintaan tersebut. Saya sadar, kalau dilakukan di Berau, sulit mencegah warga Berau untuk menyampaikan doa, mengungkapkan rasa bahagia secara langsung. Tentu potensi mengundang peristiwa yang tidak diinginkan, karena saat ini masih dalam bayang-bayang pandemi Covid 19,” bebernya.
“Saya memilih melaksanakan di sini dengan cara yang bersahaja. Menjemput takdir berpasang-pasangan tanpa harus menimbulkan dampak yang diinginkan,” tambahnya.
Hal lain, dikatakannya, sebagai kepala daerah, ia tidak ingin ada kesan tidak berempati terhadap kondisi di Berau, satu di antaranya peristiwa kelangkaan minyak goreng yang telah terjadi beberapa pekan terakhir.
“Sebagai perempuan, yang menghadapi momen kebahagian, dan sebagai kepala daerah yang melindungi warganya, situasi ini sangat dilematis, maka saya melaksanakan di sini,” sebutnya.
“Saya juga mohon maaf sebesar-besarnya atas peristiwa tidak nyaman saat operasi pasar beberapa waktu. Saya akan eveluasi dan insyaAllah akan melakukan perbaikan-perbaikan agar peristiwa tersebut tidak terulang lagi,” tuturnya. Ia juga menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya warga Berau atas nama Ibu Sandra, Teluk Bayur, yang antre minyak goreng. (ra)