BERAU – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau menunjukkan komitmen kuat dalam menurunkan angka stunting. Pada tahun anggaran 2024, lebih dari Rp178 miliar telah dialokasikan khusus untuk mendukung berbagai program percepatan penurunan stunting di daerah ini.
Wakil Bupati Berau, Gamalis, yang juga menjabat sebagai Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Berau, menegaskan bahwa anggaran besar tersebut difokuskan pada pelaksanaan 8 aksi konvergensi. Aksi ini meliputi pembinaan, penguatan sistem manajemen data stunting, pengukuran dan publikasi hasil, serta evaluasi kerja tahunan.
“Dengan anggaran itu, saya menginstruksikan untuk fokus pada pelaksanaan 8 aksi konvergensi, khususnya pada aspek pembinaan, sistem manajemen data stunting, pengukuran dan publikasi stunting, hingga review kerja tahunan,” tegas Gamalis.
Ia juga meminta agar dokumen Rencana Aksi Daerah (RAD) percepatan penurunan stunting tahun anggaran 2025 segera disusun secara komprehensif dan terintegrasi dengan program pembangunan daerah.
Pada 2024 lalu, Pemkab Berau menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen atau minimal di bawah 23 persen. Menurut Gamalis, target tersebut bukan hal yang mustahil dicapai mengingat Kabupaten Berau memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah.
Namun demikian, rendahnya edukasi masyarakat dinilai menjadi tantangan utama. Oleh karena itu, upaya pencegahan stunting harus dimulai sejak dini, bahkan sebelum anak lahir.
“Penanganan stunting harus dilakukan sejak kehamilan, saat calon pengantin, hingga masa seribu hari pertama kehidupan anak. Di sinilah pentingnya peran edukasi dan pendampingan,” jelasnya.
Salah satu inisiatif yang mendukung penurunan stunting di Berau adalah program Kampung Keluarga Berencana (KB). Program ini telah menunjukkan hasil yang signifikan sejak diterapkan pada tahun 2023.
Hingga saat ini, Kabupaten Berau telah memiliki 31 Kampung KB berkelanjutan, 4 Kampung KB mandiri, 40 Kampung KB berkembang dan 35 Kampung KB dasar.
Program kampung KB ini menjadi salah satu strategi kunci dalam upaya menyinergikan lintas sektor untuk penanganan stunting, dengan melibatkan unsur pemerintahan desa, layanan kesehatan, dan kader posyandu di tingkat kampung.
Gamalis menegaskan, keberhasilan menurunkan angka stunting bukan hanya soal intervensi medis, tetapi juga perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat.
“Kami berharap semua pihak, mulai dari OPD, tenaga kesehatan, hingga tokoh masyarakat ikut bergerak bersama. Ini adalah investasi masa depan untuk generasi Berau yang sehat dan berkualitas,” tutupnya. (ril/dez)
Reporter: Aril Syahrulsyah
Editor: Dezwan