spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Noor Maulida Sholeha, Mahasiswi Unmul Raih Juara 2 KTIQ pada MTQ Kabupaten Berau

BERAU – Penutupan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-55 tingkat Kabupaten Berau yang digelar Sabtu (17/5/2025) malam, di pelataran Museum Batiwakkal, Kecamatan Gunung Tabur, menjadi momentum istimewa bagi Noor Maulida. Mahasiswi Universitas Mulawarman (Unmul) itu berhasil meraih juara 2 cabang Karya Tulis Ilmiah Al-Qur’an (KTIQ) dalam ajang yang diikuti perwakilan dari 13 kecamatan se-Kabupaten Berau.

Ajang MTQ yang berlangsung sejak 12 Mei ini diikuti antusias oleh para peserta dari berbagai cabang lomba. Penutupan kegiatan dihadiri oleh sejumlah pejabat daerah, diantaranya Asisten Pemerintahan dan Kesra M. Hendratno yang mewakili Bupati Berau, Wakil Ketua II DPRD Ahmad Rifai, serta unsur Forkopimda lainnya.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Berau, Kabul Budiono dalam sambutannya menegaskan bahwa MTQ bukan sekadar ajang perlombaan, melainkan sarana memperkuat kecintaan terhadap Al-Qur’an.

Noor Maulida sendiri mengaku tak menyangka akan menyabet juara dalam keikutsertaannya yang pertama. Mahasiswi jurusan Hubungan Internasional FISIP Unmul ini mewakili Kecamatan Talisayan atas ajakan temannya.

“Saya tertarik karena cabang KTIQ ini sangat menantang dan memberikan kesempatan untuk mengekspresikan nilai-nilai Al-Qur’an secara ilmiah. Ini juga kali pertama saya mengikuti MTQ,” tuturnya kepada mediakaltim.com

Proses persiapannya pun tidak mudah. Noor harus membagi waktu antara perkuliahan, pekerjaan dan sesi bimbingan yang sebagian besar dilakukan secara daring. “Awalnya cukup sulit menemukan ritme, tapi dengan semangat dan dukungan pembimbing, saya berusaha menyusun karya sebaik mungkin,” ucapnya.

Selama perlombaaan berlangsung hingga sembilan jam, Noor merasakan pengalaman yang ia sebut sebagai “atmosfer luar biasa”. Ia menilai ajang ini bukan hanya soal kompetisi, tetapi juga sarana pengembangan diri, spiritualitas, dan intelektualitas. “Ini pengalaman mahal yang belum tentu saya dapatkan di tempat lain,” tambahnya.

Saat diumumkan sebagai juara 2, Noor mengaku sempat tak percaya. “Saya sempat sakit sehari sebelum berangkat, dan merasa kurang percaya diri karena banyak peserta lain yang sudah berpengalaman. Tapi alhamdulillah, saya bisa melewati semuanya dengan baik,”

Minat Noor terhadap KTIQ tidak lepas dari latar belakang akademiknya. Ia terbiasa menulis karya ilmiah di kampus, seperti jurnal dan makalah, yang menjadi bagian dari kesehariannya sebagai mahasiswi. Selain ingin menambah pengalaman, Noor juga melihat ajang KTIQ sebagai ladang dakwah dan amal jariyah. Ia meyakini bahwa menulis adalah cara untuk mengikat ilmu sekaligus meninggalkan warisan intelektual yang bermanfaat.

“Saya pernah mendengar pepatah yang mengatakan ‘Ikatlah ilmu dengan menulis,’ seseorang mungkin akan meninggal, tetapi karyanya akan tetap hidup. Saya ingin tulisan ini membawa manfaat bagi umat, karena sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Dan terinspirasi juga oleh ungkapan Sayyid Quthb yang mengatakan, ‘Satu peluru hanya dapat menembus satu kepala, tetapi satu tulisan dapat menembus ratusan hingga ribuan kepala,’ yang berarti kekuatan ide dalam tulisan jauh lebih dahsyat dan abadi dibandingkan kekuatan fisik. Tulisan dapat menggugah kesadaran, menggerakkan perubahan, dan terus hidup meski penulisnya telah tiada,” demikian Noor. (MK)

BERITA POPULER