spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Museum Batubara Teluk Bayur Belum Dimanfaatkan Meski Sudah Dua Kali Renovasi

BERAU – Bangunan bersejarah peninggalan Belanda di Jalan Kamar Bola, Kecamatan Teluk Bayur, yang direncanakan sebagai Museum Batubara, hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda pemanfaatan. Padahal, renovasi bangunan tersebut telah dilakukan dua kali, dengan anggaran yang tidak sedikit melalui APBD Berau.

Renovasi pertama dilaksanakan pada 2022 melalui APBD murni senilai Rp 200 juta. Sementara itu, pembenahan lanjutan pada 2023 menghabiskan anggaran sebesar Rp 1,8 miliar untuk revitalisasi total, mencakup perbaikan tampak depan, fasilitas umum, hingga landmark bangunan. Namun, gedung berusia lebih dari satu abad ini masih kosong tanpa kejelasan fungsional.

Anggota Komisi II DPRD Berau, Agus Uriansyah, menyayangkan kondisi ini. Menurutnya, bangunan tersebut memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai pusat edukasi dan wisata, tetapi lambannya respons Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) membuatnya terbengkalai.

“Dua kali renovasi dengan anggaran yang besar belum menunjukkan hasil maksimal,” ucapnya.

Menurutnya, jika hal tersebut terus dibiarkan tanpa pemanfaatan, bangunan ini berisiko rusak kembali, dan akan membutuhkan anggaran tambahan untuk perbaikan.

Agus juga menekankan pentingnya strategi pengelolaan yang melibatkan berbagai pihak, termasuk dunia usaha, untuk menghidupkan kembali bangunan bersejarah ini.

“Bangunan ini adalah aset sejarah yang unik. Dengan manajemen yang tepat, Museum Batubara bisa menjadi daya tarik wisata baru yang meningkatkan ekonomi lokal. Disbudpar harus lebih proaktif untuk mewujudkan ini,” tegasnya.

Bangunan peninggalan kolonial Belanda yang berdiri sejak 1912 ini seharusnya tidak hanya menjadi ikon sejarah, tetapi juga media edukasi tentang sejarah industri batubara di Berau.

Ditambahkannya, pemanfaatan yang tepat dinilai akan memperkaya sektor wisata dan budaya daerah, sekaligus mendukung perekonomian melalui kunjungan wisatawan.

“Kami berharap Disbudpar dapat menemukan solusi agar bangunan tersebut tidak kembali menjadi beban anggaran tanpa manfaat jelas,” tandasnya. (ril/dez)

Reporter: Aril Syahrulsyah
Editor: Dezwan

BERITA POPULER