spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Mengenal Lebih Dalam Prosesi Padaw Tuju Dulung yang Sarat Makna di Festival Iraw Tengkayu

TARAKAN – Festival Iraw Tengkayu kembali digelar di Kota Tarakan pada tahun 2024. Dalam event tahunan ini, ada beberapa prosesi yang dilakukan, salah satunya penurunan Padaw Tuju Dulung.

Padaw Tuju Dulung merupakan perahu khas suku Tidung Pesisir. Dimana di atas perahu terdapat bagian yang menyerupai rumah yang disebut dengan meligay yang digunakan untuk meletakkan sesaji yang akan disuguhkan.

Tokoh pelestari budaya suku Tidung, Datu Norbeck menjelaskan festival ini didahului dengan beragam kegiatan yang puncaknya dilaksanakan penurunan Perahu Padaw Tuju Dulung.

Sebelum prosesi Padaw Tuju Dulung, dilaksanakan sebuah tari kolosal sebagai hiburan. Dalam prosesi ini, perahu di bawah ke dalam air laut untuk dihanyutkan.

“Sampai di air di batas tanah dan air, para pembawa panji mencar. Di sana yang pikul terus turun kemudian meletakkan di air diputar ke kiri tiga kali itu melambangkan sebuah keberangkan baru dilepaskan untuk dihanyutkan,” ucapnya ditemui usai kegiatan penurunan Padaw Tuju Dulung di Pantai Amal, Minggu (6/10/2024) sore.

Datu yang juga sebagai Ketua Sanggar Tari Paguntaka Kota Tarakan ini menuturkan pembawa perahu, ada 24 orang, 12 kiri dan 12 kanan. “12 ini menandakan hitungan bulan,” ucapnya.

Sementara untuk warna pada perahu, didominasi kuning, hijau dan merah. Dikatakannya, kuning merupakan warna paling dominan sebab paling dihormati dan dimuliakan. Sedangkan hijau mengandung makna kepercayaan sementara merah berarti ketegasan.

Lebih lanjut dijelaskannya, untuk tari kolosal melibatkan 156 penari. Diakuinya, 156 bukanlah angka mistis, melainkan hanya berdasar pada kebutuhan penari.

156 penari ini, lanjut dia, dibagi menjadi tiga kelompok. Tarian pertama bernama Iluk Sedungan yang berarti tari sukaria. Bagian kedua, tari Busakambang berarti bunga mekar. Ketiga, Ulin Lingkuda yang berarti kembalinya sang pemimpin. Namun secara umum, tarian ini diartikan sebagai kegembiaraan.

“Ada 12, ada 32, kemudian yang ketiga sisanya,” tuturnya.

Secara garis besar, kata Datu, Iraw Tengkayu berarti sebuah pesta. “Dalam konteks Iraw Tengkayu yang kita laksanakan hari ini sebuah perayaan ulang tahun, yang kita ulang tahun kan sekarang adalah Tarakan yang perjukaan tanggalnya 8 Oktober,” ucapnya.

Selain itu, Iraw Tengkayu merupakan bentuk penghormatan kepada roh leluhur sekaligus ungkapan rasa syukur atas rezeki yang diberikan Tuhan.

Datu mengaku sangat bangga dan bersyukur Iraw Tengkayu masuk dalam Kharisma Event Nusantara atau KEN untuk ketiga kalinya. Bahkan, masuk dalam 110 Even Kalender Nasional. Menurutnya, capaian ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan. (apc/and)

Reporter: Ade Prasetia
Editor: Andhika

BERITA POPULER