spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

PSU Kukar Damai karena Elitenya Bijak, Mahulu Harus Siap Menyusul

Pemungutan Suara Ulang (PSU) di Kutai Kartanegara (Kukar) sudah selesai. Damai, tertib, dan dewasa. Tidak ada kegaduhan, tidak ada drama politik yang berlarut. Ini adalah bentuk paling nyata dari demokrasi yang matang. Kukar membuktikan bahwa Pilkada tak harus selalu gaduh.

Dengan ditetapkannya dr. Aulia Rahman Basri dan H. Rendi Solihin sebagai Bupati dan Wakil Bupati Kukar terpilih pada 11 Mei 2025, maka kontestasi politik yang sebelumnya memanas telah tuntas secara konstitusional. Tak ada celah lagi untuk polemik. Yang tersisa adalah kerja bersama.

PSU Kukar yang digelar pada 19 April 2025 mencatatkan total partisipasi 374.371 suara. Paslon 01 Aulia–Rendi memperoleh 209.905 suara sah (57,27 persen), disusul Dendi–Alif dengan 105.073 suara (28,67 persen), dan Awang–Jaiz dengan 51.536 suara (14,06 persen). Suara tidak sah mencapai 7.857. Angka ini bukan sekadar statistik. Membuktikan legitimasi publik yang kuat.

Hanya dua kabupaten di Kaltim yang menjalani PSU: Kukar dan Mahakam Ulu (Mahulu). Kukar sudah selesai dengan elegan. Kini, Mahulu yang harus bersiap menyusul. PSU Mahulu dijadwalkan pada 24 Mei 2025. Ini bukan hanya soal teknis pemilu, tapi soal menjaga marwah demokrasi.

Kita tak bisa bicara soal sukses PSU Kukar tanpa menyebut sikap besar Edi Damansyah, calon petahana yang didiskualifikasi oleh putusan Mahkamah Konstitusi.

Edi tidak melawan. Ia tidak memprovokasi. Ia memilih legowo, memberi ruang kepada proses hukum berjalan, dan menjaga kondusivitas daerah. Inilah sikap yang patut diteladani.

Begitu pula calon lain. Awang Ya’coub Luthman secara terbuka mengucapkan selamat kepada Aulia–Rendi. Pasca PSU, melalui vedio yang disebarkan lewat media sosial, Ia menyatakan, “Selamat buat pasangan Aulia–Rendi yang telah mendapatkan suara terbanyak. Akhiri kompetisi, bangun sinergi, buat rekonsiliasi agar masyarakat Kukar bisa merasakan keadilan dan kesejahteraan.”

Dendi Suryadi, pesaing kuat lainnya, juga bersikap dewasa. “Kukar ini rumah kita bersama. Kalah menang sudah selesai, sekarang waktunya kita bantu yang menang untuk membuktikan janji-janji pembangunan,” ujarnya usai pleno.

Lebih dari itu, Marwan, Ketua Tim Pemenangan Dendi–Alif, menegaskan pihaknya tidak menggugat ke MK. “Kami menghormati keputusan pleno KPU. Setelah mendengar aspirasi masyarakat Kukar dan melakukan rapat internal, keputusan final kami adalah tidak menggugat ke MK,” tegasnya. Ini keputusan rasional.

Ini bukti bahwa Kukar punya elite politik yang sudah paham: demokrasi bukan soal ego pribadi. Ini soal kepentingan masyarakat. Soal bagaimana semua elemen kembali duduk bersama membangun daerah setelah pesta demokrasi usai.

KINI GILIRAN MAHULU
Tiga pasangan calon yang akan kembali bertarung dalam PSU Mahulu adalah: pasangan nomor urut 01 Yohanes Avun – Y. Juan Jenau, pasangan nomor urut 02 Novita Bulan – Artya Fathra Marthin, dan pasangan nomor urut 03 Angela Idang Belawan – Suhuk. Mereka semua harus menunjukkan sikap yang sama seperti yang telah ditunjukkan para kandidat di Kukar—menang dengan terhormat, kalah dengan bermartabat.

Saya ingin tegaskan: PSU Mahulu harus belajar dari Kukar. Jangan ada intimidasi, jangan ada agitasi. Jangan jadikan PSU sebagai alat mempertajam polarisasi. Semua pihak harus dewasa. KPU dan Bawaslu Mahulu harus bekerja independen. Aparat harus netral. Para kandidat harus siap menang dan siap kalah.

Mahulu memang punya tantangan geografis. Tapi tantangan moral dan sikap jauh lebih berat. Kalau elite-nya mampu menjaga sikap, masyarakat pasti ikut tenang.

Kepada warga Mahulu, jaga suara Anda. Kepada kandidat, jaga integritas Anda. Jangan biarkan PSU jadi panggung kegaduhan. PSU harus jadi catatan emas, bukan cacat demokrasi. Kukar sudah selesai dengan baik. Giliran Mahulu. Tunjukkan bahwa Kaltim bisa jadi contoh demokrasi damai di Indonesia. (*)

Oleh: Agus Susanto, S.Hut., S.H., M.H.
Pemimpin Redaksi Media Kaltim

BERITA POPULER