TANJUNG REDEB – Kasus kebakaran permukiman sepanjang tahun 2022 di Bumi Batiwakkal meningkat. Hal itu berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Berau, Nofian Hidayat menerangkan, selama 2022 lalu kebakaran permukiman terjadi sebanyak 33 kali. Kejadian tersebut membuat 38 kepala keluarga dengan 179 jiwa kehilangan tempat tinggal.
“Padatnya permukiman dan penataan yang kurang rapi menjadi hambatan bagi tim damkar untuk bergerak memadamkan api. Jika dibandingkan dengan tahun 2021, kebakaran hanya 27 kejadian,” ucapnya, Rabu (4/1/2023).
Nofian membeberkan, dari 33 kali kejadian kebakaran, rerata disebabkan oleh korsleting listrik. Ditegaskannya, harus ada penataan dan pengecekan terhadap aliran kabel dengan tegangan tinggi.
“Tujuannya agar mengantisipsi terjadinya kebakaran di tengah pemukiman padat penduduk, karena 80 persen disebabkan oleh korsleting listrik, lalu 20 persennya kelalaian, kompor meledak, dan hal lainnya,” ujarnya.
Selain kebakaran di permukiman warga, Nofian menyebut, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) juga harus diantisipasi. Pasalnya, Karhutla dapat merembet ke permukiman.
Dari data yang diperoleh pihaknya, pada 2022 lalu Karhutla terjadi sebanyak 34 kasus, dengan luas lahan terbakar mencapai 87,5 hektare. Dikatakannya jumlah tersebut menurun jika dibandingkan tahun 2021 lalu, yakni sebanyak 45 kasus.
“Faktor utama yakni cuaca panas yang ekstrem. Apalagi Berau banyak lahan gambut,” jelasnya.
Sejak kejadian karhutla mengganggu dunia pendidikan dan penerbangan pada 2015 lalu, kesadaran masyarakat perlahan terus membaik, seperti tidak membuka lahan dengan cara dibakar.
“Kejadian tersebut memang benar-benar parah. Akhirnya, masyarakat sadar dengan risiko yang harus diterima,” tegasnya.
Nofian mengimbau kepada seluruh elemen masyarakat, untuk menghindari kebakaran pada rumah maupun lahan, agar selalu memperhatikan saat hendak bepergian. Dirinya mencontohkan, untuk perumahan, sebaiknya sebelum meninggalkan rumah, agar melakukan pengecekan terhadap listrik yang masih tercolok, maupun kompor.
Untuk masyarakat yang ingin membuka lahan, sebaiknya dengan cara dirintis bukan dibakar, dikhawatirkan, jika cara membakar dan api ditinggalkan, akan membakar lahan yang lainnya.
“Biasanya pembukaan lahan itu musim panas, embusan angin bisa membawa bara api ke lahan yang kering,” bebernya.
Ditambahkannya, kecelakaan air, atau korban tenggelam meningkat tajam di tahun 2022 ini. Pada tahun 2021, terjadi 4 kasus. Namun pada tahun 2022 naik 100 persen, yakni menjadi 9 kasus. Dengan korban jiwa 8 laki-laki dan 1 perempuan.
“Ini juga menjadi atensi khusus, pengawasan terhadap anak perlu ditingkatkan,” paparnya.
Rata-rata korban tenggelam menurut Nofian, berusia di bawah 15 tahun. Dengan usia tersebut, tentu pengawasan terhadap lokasi bermain anak-anak, perlu perhatian khusus, orangtua juga diminta memberikan pemahaman bahaya bermain di air.
“Ya kami berharapnya, agar peranan orangtua, teman bermain, maupun para tetangga bisa ditingkatkan dalam pengawasan, dimana anak bermain. Terlebih jika dekat dengan sungai,” pungkasnya. (dez)