TANJUNG REDEB – Kampung Merasa, Kecamatan Kelay, kini terkenal karena cokelat hingga mancanegara. Sayangnya, anugerah itu tidak didukung dengan infrastruktur jalan yang baik. Hanya sebagian jalan yang diaspal lantaran berstatus Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK).
Selain cokelat, kampung yang terletak di bantaran Sungai Kelay ini juga memiliki sembilan destinasi wisata. Yakni, Goa Mulut Besar, Kolam Batu Bawan, Pulau Orang Utan, Batu Luko, Air Terjun Jenum, Pusat Penyelamatan Satwa, Kuburan Tua Dayak, Puncak Long Sam, dan Pulau Malam Minggu.
Kepala Kampung (Kakam) Merasa, Yafet Tingai menuturkan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau harus mendukung seluruh kegiatan pariwisata. Terkhusus alat-alat penunjangnya.
“Kami tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan alat penunjang pariwisata. Anggaran kampung tidak besar,“ ungkapnya, Jumat (30/12/2022).
Yang paling dibutuhkan, transportasi dan akses jalan. Karena wisata di Kampung Merasa sangat dekat dengan kota Tanjung Redeb. Terlebih pada Weekend (akhir pekan), seluruh wisata dipenuhi pengunjung.
Sejatinya, akses jalan telah dilakukan peningkatan dengan pengaspalan. Tapi terputus-putus, lantaran status tanah berada di atas KBK.
“Ada sekitar empat kilometer yang masuk KBK. Intinya jalan poros masuk Kampung Merasa sampai dengan jalan yang sudah beraspal,“ tuturnya.
Sementara, Bupati Berau Sri Juniarsih menuturkan, peningkatan jalan perkampungan menjadi persoalan cukup dilematis. Beberapa titik jalan berstatus KBK. Sehingga perlu proses cukup panjang.
Seperti jalan poros menuju Kampung Merasa sepanjang 10,9 kilometer. Dari total panjang jalan, baru 1,4 kilometer yang teraspal. Sedangkan yang berstatus KBK sepanjang 3 kilometer.
“Kami akan upayakan perubahan statusnya. Karena akses jalan yang baik, meningkatkan daya tarik untuk berwisata dan peningkatan potensi di sana. Lalu, masyarakat dapat mandiri secara ekonomi,” terangnya.
“Semoga bisa dibebaskan dan segera dilakukan pengaspalan. Agar masyarakat dapat merasakan akses jalan yang baik,“ sambungnya. (dez)