spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Puskesmas Maratua Krisis Dokter selama 2 Bulan, Pj Gubernur Kaltim Desak Solusi Cepat

SAMARINDA – Pelayanan kesehatan di Puskesmas Maratua, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, terkendala sejak pertengahan Januari 2025 akibat kekosongan tenaga dokter. Penjabat (Pj) Gubernur Kalimantan Timur, Akmal Malik, mendesak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau segera mengambil langkah konkret untuk mengatasi masalah ini.

“Kita harus bergerak cepat agar pelayanan kesehatan tetap berjalan. Saya sarankan Pemkab Berau menjalin kerja sama dengan daerah lain yang memiliki tenaga medis lebih,” ujar Akmal Malik, Sabtu (15/2) lalu.

Sejak pertengahan Januari 2025, Puskesmas Maratua tidak lagi memiliki dokter setelah kontrak Pegawai Tidak Tetap (PTT) berakhir.

Kepala UPT Puskesmas Pulau Maratua Suriyansyah mengungkapkan kebijakan ini mengikuti aturan dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPANRB), yang melarang pengangkatan kembali tenaga PTT oleh pemerintah daerah.

“Sejak 15 Januari, kami tidak lagi memiliki dokter umum maupun dokter gigi. Sesuai surat edaran dari Dinas Kesehatan Kabupaten, tenaga medis yang kontraknya telah habis tidak bisa diperpanjang. Karena itu, kami terpaksa merumahkan mereka,” jelas Suriyansyah baru baru ini.

Dalam menghadapi situasi ini, pihak puskesmas telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten dan Provinsi, serta melakukan audiensi dengan DPRD Kabupaten Berau. Namun, hingga kini belum ada solusi konkret yang diberikan.

Meskipun demikian, pelayanan kesehatan di Puskesmas Maratua tetap berjalan dengan mengandalkan tenaga perawat dan bidan. Mereka menangani kondisi darurat seperti kecelakaan dan persalinan, tetapi layanan pengobatan dan terapi obat yang memerlukan dokter tidak bisa dilakukan.

“Kalau ada pasien yang membutuhkan penanganan dokter, kami hanya bisa melakukan rujukan ke rumah sakit di Kabupaten. Kadang ada perawat atau bidan yang mendampingi, tetapi banyak juga pasien yang memilih mencari pengobatan sendiri,” tambahnya.

Kekosongan dokter ini berdampak besar pada masyarakat Maratua, terutama mengingat daerah ini merupakan destinasi wisata yang banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara. Banyak warga yang akhirnya langsung mencari pengobatan di luar pulau tanpa melalui puskesmas, sehingga data rujukan pun sulit didapatkan.

Lebih parahnya lagi, tanpa adanya dokter, warga yang membutuhkan perawatan medis serius harus menyeberangi lautan menuju ibu kota kabupaten yang berjarak sekitar 3,5 jam perjalanan menggunakan transportasi laut. Hal ini menjadi kendala besar, terutama bagi pasien dengan kondisi darurat yang membutuhkan tindakan cepat.

“Biasanya pasien yang butuh dokter adalah penderita penyakit degeneratif seperti stroke dan tekanan darah tinggi. Kami bersyukur selama ini tidak ada kasus gawat darurat yang membutuhkan tindakan dokter segera. Tapi tetap saja, kami sangat membutuhkan tenaga medis,” ungkapnya.

Sementara itu, dua dokter CPNS dijadwalkan bertugas di Puskesmas Maratua pada bulan April. Namun, Kepala Puskesmas menegaskan bahwa dua bulan ke depan masih menjadi tantangan besar bagi pelayanan kesehatan di wilayah ini.

“Kami berharap ada solusi cepat dari Pemkab Berau. Dua dokter CPNS baru akan datang pada April, artinya kami masih harus menunggu dua bulan lagi tanpa dokter,” pungkasnya.

Sekilas Tentang Maratua

Kecamatan Maratua, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, memiliki jumlah penduduk sekitar 3.558 jiwa, terdiri dari 1.844 laki-laki dan 1.714 perempuan. Pulau Maratua memiliki luas 384,36 kilometer persegi untuk wilayah daratan dan 3.735,18 kilometer persegi untuk wilayah perairan.

Maratua terdiri dari empat kampung, yakni Bohe Silian, Payung-Payung, Teluk Alulu, dan Teluk Harapan. Sebagai destinasi wisata unggulan, pulau ini sering dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara, sehingga kebutuhan akan layanan kesehatan yang memadai menjadi semakin mendesak.

Penulis: Hanafi
Editor: Nicha R

BERITA POPULER